Windows 10, Sebuah Transisi yang Besar (Secara Visual)

Hmmm…

Sistem operasi yang paling populer ini udah enggak asing lagi bagi kita. Sekalipun dulu masih sering ogah-ogahan untuk segera update karena sudah nyaman di Windows 7 (atau bahkan Windows XP), sekarang udah jadi sistem operasi yang digunakan oleh mayoritas pengguna komputer di seluruh dunia, sebesar 78,89% sesuai data dari StatCounter selama setahun ini.

Walaupun merajai pasar, diminati dan “diminati” (ya, dalam tanda kutip) oleh sebagian orang, bahkan TechRadar mengutip bahwa Windows 10 adalah versi Windows terbaik, jangan terlalu senang dulu. Seperti proses di alam yang terus berganti, suatu hal yang biasa kita gunakan pasti terus berubah, ‘kan? Tentu saja sistem operasi yang kita pakai sehari-hari pasti akan mendapatkan hal-hal baru terus-menerus. Entah perubahan tersebut memperbaiki atau bahkan memperburuk yang sudah ada. Aku rasa itu hal yang alami.

Lalu, ingat tidak soal Windows 10 adalah versi Windows yang terakhir? Jerry Nixon mengungkapkan di presentasi “Tiles, Notifications, and Action Center” pada Microsoft Ignite di tahun 2015 silam bahwa mereka akan terus mengerjakan Windows 10. Dan di tahun rilisnya, Microsoft juga mengungkapkan konsep Windows sebagai layanan, bukan sebagai produk. Selain dengan “menggratiskan” Windows 10 dengan pembatasan fitur, penjualan produk Office 365, OneDrive, serta layanan lain lebih ditekankan, jangan lupa soal layanan Xbox sendiri, Windows 10 hanya menerima update secara kontinu. Cukup berbeda dibandingkan dengan versi Windows yang terakhir kali mendapat rilisan Service Pack, Windows 7. Ya, itu bentuk layanannya dari Microsoft. Yah, sayang sekali tidak akan terjadi setelah Windows 11 sudah diumumkan oleh Microsoft akhir Juni 2021 kemarin.

Sekarang, kembali ke judul, topiknya emang lebih spesifik. Aku enggak bakal bahas mengenai persaingan Microsoft dengan Google dan Apple yang membuat Microsoft harus merilis versi baru setelah Windows 10. Kali ini cenderung apa yang akan dirasakan langsung oleh penggunanya, tampilan visual.

Windows 10 menggunakan setidaknya dua macam bahasa desain, Microsoft Design Language atau dikenal dengan Metro yang diturunkan dari Windows 8.1 di versi-versi awal dan Fluent Design System yang digunakan di versi-versi baru pasca tahun 2017. Mungkin bagi orang awam mengira keduanya serupa, tetapi aslinya tidaklah sama. Metro cenderung datar sedangkan Fluent cenderung memiliki isi, hampir mirip dengan Aero yang digunakan di Windows 7 dan Windows Vista. Mungkin bagi kebanyakan orang tidak menyadari ini, tetapi bukankah harusnya itu seperti dua sistem operasi berbeda? Kok satu sistem operasi punya dua muka yang berbeda? Loh, ini juga Windows 10? Kok beda dengan yang sekarang?

Windows 10 20H1 (Dok. Pribadi)
Windows 10 1507 (Internet Archive)

Sekarang dengarkanlah, Windows 10 itu adalah sistem operasi yang memiliki transisi yang besar secara visual. Entah secara jeroan, fitur, dan tentu saja visual. Perubahan semenjak versi 1507 hingga 21H2 itu banyak sekali secara visual. Aku, secara pribadi, sekarang kalau ngelihat versi Windows 10 yang dulu sering aku pakai di tahun 2017, yaitu 1511, aku merasa “ini beneran Windows 10 yang dulu aku pakai?” Sangatlah jauh berbeda. Dulu kaku banget, karena masih mengikuti Metro-nya Windows 8.1. Masih banyak UI yang sama seperti di Windows 8.1 atau 7. Context menu masih Win32 banget (walau sampai sekarang masih sama saja). Belum ada dark mode juga, ‘kan. Jauh banget, tuh. Versi yang sekarang aku pakai, 20H1, semua terlihat lebih kinclong, rapi, seenggaknya sudah banyak aplikasi yang tampilannya selaras, memiliki aura yang jauh berbeda. Walaupun begitu, masih saja ada yang tidak sama satu dengan yang lain. Ada yang sudah Fluent lah, masih Metro lah, Windows 8 Win32 lah, Windows 7 lah, bahkan elemen dari Vista, XP dan 2000 masih ada di Windows 10 semua. Bisa cek di blognya NTDEV soal ketidakinkonsistennya UI di Windows 10.

Melihat dari Windows 10, dengan adanya dua macam tampilan yang hadir di versi ini, bisa dikatakan bahwa Windows 10 adalah versi Windows yang berbeda dari versi sebelumnya, dimana sebagian besar tidak memiliki perubahan penampilan yang cukup drastis di awal hingga akhir rilisannya. Bahkan untuk Windows XP di tahun 2001 hingga pada tahun 2008 dimana Service Pack ketiganya dirilis.

Start Menu Windows 8 (Wikipedia bahasa Indonesia)

Kita kembali dulu ke beberapa tahun yang lalu sejenak. Windows 8, dikenal dengan Metro UI dan start menu segede gaban, menutupi desktop dengan wallpaper waifu yang kalian dambakan. Bagus? Ya, ndak tahu. Jelek? Kok tanya saya? Walau masih memiliki jumlah pembenci di bawah Vista, Windows 8 tentu menjadi versi Windows yang kurang digandrungi sekian banyak orang. Performanya memang bagus jika disandingkan dengan Windows 7. Usaha Microsoft untuk membuat Metro UI emang patut diacungi jempol. Namun di balik cantiknya Metro, ada kebingungan pengguna yang sudah terbiasa dengan wajah yang sekiranya sama semenjak Windows 95 hingga Windows 7. Taskbar memenuhi bagian bawah layarmu, tombol start di sebelah kiri bawah secara bawaan, membimbingmu agar mudah menjelajahi komputermu. Sudah menjadi fundamental itu. Tahu-tahu saat Windows 8 dirilis, bingung semua. Konsep untuk perangkat layar sentuh yang bagus tetapi tidak diimbangi dengan pengalaman desktop tradisional yang menyenangkan membuat orang menjadi kurang suka.

Pratayang Windows 11 (Microsoft)

Sekarang mari memeriksa ada apa di depan kita sekarang. Windows 11. Mungkin kalian berpikir bahwa ini adalah Windows 10 dengan tampilan baru. Emang tidak salah, sebagian isinya juga emang tidak jauh berbeda secara jeroan, tetapi dari tampilan tentu saja banyak yang berubah, dong. Desainnya lebih kalem, fungsional serta cantik, ikon yang baru, lebih terang dan cemerlang, ujung window yang tumpul, wallpaper yang keren. Semuanya berubah. Semuanya semakin selaras. Di videonya sendiri Microsoft memang mengungkapkan bahwa mereka lebih fokus pada desain dari Windows 11 sendiri, membuat bagaimana harus bisa semenarik mungkin bagi pengguna nantinya.

Setelah melihat ketiga versi di atas, sudah cukup jelas bahwa Windows 10 hanyalah sebuah transisi, tapi transisinya cukup besar karena dalam satu versi memiliki dua tampilan yang berbeda, yang satu mencerminkan versi sebelumnya, yaitu Windows 8.1, dan yang satu menggambarkan apa yang akan hadir selanjutnya, Windows 11. Akhir kata, semoga di Windows 11 nanti Microsfot semakin konsisten dalam memberikan pengalaman antar muka terbaik bagi penggunanya.

Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *