Aku Mencoba Bullet Journaling

Beberapa waktu yang lalu, aku direkomendasikan oleh salah satu temanku untuk memulai bullet journaling. Hal ini karena sebelumnya aku sempat merasa kewalahan dalam melakukan aktivitasku sehari-hari, yang sayangnya sampai sekarang aku juga masih merasakannya walau sekarang sudah tertata sedikit lebih rapi dibanding sebelumnya.

Pertama kali aku mengenal metode bullet journaling, aku sebenarnya cukup tertarik dengannya. Ada buku tulis yang dibuat sedemikian rupa untuk bullet journaling, dan kita menuliskan kegiatan kita sehari-hari dan rencana ke depan dengan menuliskannya di buku tersebut. Video dari kanal Bullet Journal bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai dasar dan konsep bullet journaling dari mereka.

Mungkin melihat metode ini, bagi kita yang sudah terbiasanya menggunakan ponsel atau PC untuk mencatat kegiatan kita sehari-hari, pasti ada yang merasa bila hal ini tidak nyaman atau efisien. Tetapi justru bullet journaling memiliki kelebihan dibanding menggunakan ponsel, yaitu masih bisa diakses saat baterai ponsel habis, tidak ada jaringan, atau kita memang sedang tidak ingin menggunakan ponsel pada saat tertentu.

Maka dari itu, biasanya memilih buku tulis untuk bullet journaling adalah yang tidak terlalu besar bentuknya agar masih mudah dibawa kemana-mana, walau kita juga bebas memillih menggunakan buku tulis apa saja untuk menulis kegiatan kita.

Tetapi yang membuatku merasa overwhelmed dari konsep ini adalah terasa seperti banyak yang harus aku lakukan, seperti untuk harian, bulanan, memindahkan tugas yang belum selesai, berbagai macam yang lain. Serta karena jikalau ada yang salah tulis, mengingat aku menulisnya di buku tulis fisik, aku merasa terpicu OCD-ku. Sepele, tetapi secara personal aku merasa terganggu hahahaha.

Tetapi setelah mencoba melihat video mengenai metode ini yang lain, aku memahami bahwa bullet journaling masih bisa diubah sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan kita. Menambahkan catatan untuk hal lainnya atau bahkan mengurangi komponen yang tidak diperlukan juga tidak masalah.

Sehingga aku memutuskan untuk memodifikasi metodeku sendiri dengan hanya memasukkan tugas harian berdasarkan tanggal kapan aku menuliskan tugas itu dan tidak begitu mempedulikan tanggal tenggat waktu. Untuk mencatat tenggat waktu, aku memang masih membutuhkan hal lain seperti Google Calendar dan Google Tasks sekarang. Dan mekanisme selanjutnya adalah dalam memindahkan tugas, masih sama seperti metode aslinya dan dipindahkan saat berganti bulan dan aku pindah ke tanggal 1 semua. Terdengar ribet walau aslinya simpel. Tetapi karena ini memang metode yang cocok bagiku, tidak masalah, ‘kan?

Selama tiga bulan terakhir, aku masih menggunakannya walau masih sedikit terseok-seok karena kadang aku sendiri lupa memeriksanya kembali setiap pagi/malam. Kadang lupa dengan tugas yang ingin aku lakukan. Tetapi untung saja biasanya tugas yang kadang terlupa itu bukan tugas yang begitu penting. Semoga masih betah pakai metode ini.

Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *