Tanpa Ambisi, Kelebihan Sekaligus Kekurangan

Sumber gambar: freepik.com

Alkisah, pada jaman saya masih kuliah saya pernah belajar mengenai kesederhanaan. Kalau dalam istilah agama Islam adalah “qona’ah”. Lebih tepatnya lagi mungkin bisa diistilahkan sebagai apa adanya dan menerima dengan apa yang ada. Bisa dikatakan akibat dari reaksi pembelajaran di masa kuliah tersebut, membentuk saya yang sekarang. Hal yang paling terlihat adalah ketika saya akan menggunakan atau membeli suatu barang untuk kebutuhan pribadi, biasanya saya akan banyak pertimbangan. Pertimbangan yang banyak tersebut utamanya adalah perihal apakah barang yang akan saya beli benar-benar saya butuhkan. Lalu apakah barang yang akan saya beli ada barang substitusinya yang sekiranya harganya lebih di bawah tapi memiliki fungsi yang hampir menyerupai. Tapi, untuk pembelian barang atau kebutuhan yang bukan untuk pribadi saya, biasanya pertimbangannya adalah kesiapan saya untuk membayarinya apakah affordable atau tidak.

Kembali lagi ke latar belakang yang membentuk saya sehingga seperti sekarang. Akibat dari pembelajaran kesederhanaan yang sebenarnya juga mungkin akibat dari keminderan saya, sehingga saya tumbuh sebagai seorang yang banyak orang katakan tanpa ambisi atau tidak berambisi. Tentu hal ini menurut saya bagus karena, saya merasa tanpa adanya ambisi tidak akan ada beban untuk dicapai. Itu sisi positifnya. Tapi banyak orang juga melihat ke diri saya bahwa ketika saya pasrah atau mungkin orang melihatnya sebagai “menyerah”, banyak juga yang memberikan saran supaya saya “membubuhkan” ke dalam diri saya setitik saja ambisi supaya apa yang seharusnya layak bagi saya sudah seharusnya saya mengejarnya. Ini ada benarnya, tapi bukan untuk saya.

Beberapa kali dari pengalaman mengajarkan kepada saya, dengan saya berambisi malah apa yang saya kejar semakin menjauhi. Entah kenapa dan apa yang sedang diajarkan kepada saya. Pada intinya, antara ambisi atau pasrah, pola-pola kehidupan untuk berpasrah lebih cocok pada jalan kehidupan saya. Eh, btw apakah dengan saya berpasrah berarti saya juga berambisi untuk “menginginkan” tidak menginginkan sesuatu?

Salam kewarasan dan kesehatan jiwa.

Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *