Cahaya

Pagi itu lebih hangat daripada biasanya. Namun, seperti biasa kedua mata ini terasa berat sekali terbuka. Seolah-olah mereka menolak perintah otak yang berkata, “Bangun, ini sudah pagi.” Namun, di sela-sela kelopak mataku yang terbuka, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah refleksi cahaya matahari di dinding. Aku melihatnya seperti tumpukan batu yang tersusun rapi. Tidak seperti pikiran di kepalaku pagi itu. Aku berusaha mengacuhkan segala pertanyaan yang datang setiap aku membuka kedua mataku. Apa, kapan, siapa, dan kenapa. Tapi, aku tidak peduli. Karena, aku ada di pagi itu.

Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *